:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5194165/original/010315900_1745292288-Tagle1.jpg)
Liputan6.com, Vatican City – Kardinal Luis Antonio Tagle, sosok populer dari Filipina, semakin sering disebut sebagai calon kuat pengganti Paus Fransiskus.
Dikenal dengan julukan Asian Francis atau Fransiskus dari Asia, Tagle memiliki sejumlah karakteristik dan pengalaman yang dianggap relevan untuk memimpin Gereja Katolik di masa depan.
Dengan senyum ramah, kacamata khas, dan gaya yang bersahaja, Tagle dikenal luas sebagai pemimpin Gereja yang dekat dengan umat.
Mengutip Malay Mail, Kamis (1/5/2025), lahir dari keluarga kelas pekerja di dekat Manila, ia ditahbiskan sebagai imam pada 1982 dan menjadi Uskup Agung Manila pada 2011—sebuah posisi strategis di salah satu keuskupan terbesar dan paling berpengaruh di Asia.
Sejak diangkat sebagai kardinal oleh Paus Benediktus XVI pada 2012, Tagle menjadi figur yang terus diperhitungkan di dalam lingkaran Vatikan.
Namanya bahkan sempat mencuat dalam konklaf 2013 yang akhirnya memilih Jorge Mario Bergoglio sebagai Paus Fransiskus.
Tagle dikenal karena kepeduliannya terhadap kaum miskin, migran, dan kelompok-kelompok terpinggirkan.
Sebagai uskup, ia tidak segan berbicara langsung dengan jemaat usai misa dan kerap mengundang pengemis makan bersama di kediamannya. Pendekatan personal seperti inilah yang memperkuat citranya sebagai pemimpin yang hangat dan rendah hati.
Sebagai pemimpin spiritual, Tagle juga dikenal sebagai komunikator ulung. Dengan suara menenangkan dan gaya bicara yang ringan diselingi humor, ia seringkali menyampaikan pesan moral dan kritik tajam dengan cara yang menyentuh hati.
Dalam sebuah surat pastoral pada 2017, ia secara terbuka mengkritik perang narkoba di bawah Presiden Rodrigo Duterte yang menelan banyak korban jiwa.
“Kita tidak bisa membiarkan kehancuran hidup manusia menjadi hal yang normal,” katanya kala itu.
Kepercayaan Paus Fransiskus
… Selengkapnya
Paus Fransiskus menunjukkan kepercayaannya kepada Tagle dengan menunjuknya sebagai kepala Kongregasi untuk Evangelisasi Bangsa-Bangsa pada 2019, sebuah departemen penting di Vatikan.
Setelah departemen tersebut direformasi, Tagle ditunjuk sebagai “pro-prefek” untuk bagian Evangelisasi Awal dan Gereja-Gereja Baru pada 2022.
Kepercayaan itu tidak berhenti di situ. Ia beberapa kali menjadi utusan khusus Paus untuk pertemuan-pertemuan penting Gereja, termasuk Kongres Ekaristi Nasional di Republik Demokratik Kongo pada 2023 dan Konferensi Umum Federasi Para Uskup Asia (FABC) di Bangkok pada 2022.
Meski dikenal luas sebagai figur progresif dan penuh kasih, Tagle tak luput dari sorotan. Ia dikritik karena dianggap kurang tegas dalam menangani isu pelecehan seksual di Filipina.
Ia juga sempat menjadi sorotan atas dugaan keterkaitannya dalam kasus penempatan seorang imam asal Belgia yang pernah dihukum atas pelecehan anak di Afrika Tengah. Imam tersebut bekerja untuk Caritas Internationalis—organisasi amal global yang pernah dipimpin Tagle dari 2015 hingga 2022.
Kepemimpinan Tagle di Caritas berakhir pada 2022 setelah audit Vatikan menemukan kekurangan dalam manajemen organisasi tersebut. Meski begitu, banyak pihak masih melihat integritas dan dedikasinya dalam misi Gereja.
Kerendahan Hati dan Pandangan Spiritual
… Selengkapnya
Di balik semua pencapaian dan pengaruhnya, Tagle tetap menampilkan kerendahan hati yang tulus.
Dalam sebuah wawancara pada 2018, ia mengatakan, “Jika saya Tuhan, saya tidak akan memilih diri saya untuk menjadi uskup atau kardinal.” Namun ia percaya bahwa Tuhan melihat sesuatu dalam dirinya yang tidak ia lihat sendiri.
“Saya hanya perlu mempercayai pengetahuan Tuhan tentang diri saya,” ujarnya.
… Selengkapnya