:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3611371/original/061073100_1635069162-elephant-1421167_1280.jpg)
Liputan6.com, Jakarta – Seekor gajah jantan muda mati tertabrak truk saat menyeberangi jalan di negara bagian Perak, Malaysia pada Minggu (11/05/2025). Insiden memilukan ini mengundang simpati luas, setelah sebuah video yang beredar memperlihatkan sang induk tetap berada di sisi anaknya yang telah mati.
Dalam video yang viral tampak jelas bagaimana induk gajah menunjukkan perilaku emosional yang dalam terhadap kehilangan tersebut. Induk gajah terlihat menyentuhkan kepalanya ke truk, seolah mencoba membebaskan anaknya yang terbaring tak bergerak di bawah kendaraan.
Ia juga tampak mondar-mandir gelisah, bahkan berdiri di tengah jalan dengan ekspresi tubuh yang menunjukkan kebingungan dan kesedihan. Aksi ini membuktikan bahwa gajah bukan hanya hewan besar yang hidup di alam liar, tetapi juga makhluk yang memiliki kapasitas empati luar biasa dan ikatan sosial yang kuat.
Perilaku penuh kasih ini memperkuat hasil sejumlah studi ilmiah yang menunjukkan bahwa gajah adalah salah satu spesies dengan tingkat empati tertinggi di dunia hewan. Mereka mampu merasakan penderitaan sesamanya, dan bahkan menunjukkan reaksi berduka yang mendalam ketika kehilangan anggota kelompoknya.
Melansir laman AZ Animals pada Selasa (13/05/2025), gajah dikenal sebagai hewan yang sangat sosial, hidup dalam kelompok matriarkal yang dipimpin oleh betina tertua. Mereka membentuk ikatan emosional kuat dengan sesama anggota kawanan, saling menjaga, membantu saat sakit atau terluka, dan menunjukkan tanda-tanda kesedihan saat anggota kelompok mati.
Penelitian juga menunjukkan bahwa gajah dapat menenangkan sesamanya yang stres dengan cara menyentuh menggunakan belalai atau mengeluarkan suara lembut. Perilaku ini menunjukkan tingkat kecerdasan emosional dan empati yang jarang ditemukan pada hewan lain.
Salah satu bentuk empati paling kuat yang ditunjukkan gajah adalah saat mereka berkabung atas kematian anak atau anggota kawanan. Dalam jurnal Journal of Threatened Taxa, para peneliti mendokumentasikan lima kasus penguburan anak gajah oleh induknya sendiri di wilayah utara Benggala, India, pada 2022 dan 2023.
Dalam setiap kasus, kawanan gajah terlihat mengangkat tubuh anak gajah menggunakan belalai dan kaki mereka, lalu menguburnya di dalam tanah dengan posisi kaki menghadap ke atas. Lokasi penguburan ditemukan di saluran irigasi di perkebunan teh, ratusan meter dari pemukiman manusia terdekat.
Kegagalan Organ
Para peneliti melaporkan bahwa tidak ada tanda-tanda keterlibatan manusia dalam kematian anak-anak gajah tersebut. Anak-anak gajah itu semuanya mati karena kegagalan beberapa organ di usia tiga bulan hingga satu tahun.
Menariknya hanya anak-anak gajah yang dikuburkan dengan cara ini, menunjukkan perhatian khusus dari kawanan terhadap individu yang lemah dan masih muda. Lebih lanjut, suara-suara raungan dan tiupan keras seperti terompet terdengar dari kawanan gajah saat proses penguburan berlangsung.
Jejak kaki antara 15 hingga 20 ekor gajah ditemukan di sekitar lokasi penguburan, menunjukkan bahwa tindakan tersebut dilakukan secara kolektif, bukan oleh satu individu saja. Studi tersebut juga menyoroti bahwa meskipun gajah dikenal karena perilaku sosial dan kooperatifnya, penguburan anak gajah hanya dipelajari secara singkat pada gajah Afrika.
Sementara itu, gajah liar di Afrika dan Asia diketahui mengunjungi bangkai gajah lain pada sejumlah tahap pembusukan. Namun penelitian ini menemukan perilaku yang berbeda dari kawanan gajah yang diteliti.
(Tifani)