:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3467712/original/068402800_1622217900-050608500_1539682117-094970900_1464866685-globe.jpg)
Liputan6.com, Jakarta – Bumi menjadi satu-satunya planet di tata surya yang diketahui memiliki kehidupan hingga saat ini. Bumi juga dikenal sebagai planet biru karena sekitar 71 persen permukaannya ditutupi oleh air, baik dalam bentuk samudra, laut, danau, hingga es.
Kombinasi atmosfer, suhu, dan keberadaan air menjadikannya lingkungan yang ideal bagi terbentuknya dan berkembangnya kehidupan. Bumi telah mengalami berbagai transformasi besar, mulai dari pembentukan awal yang sangat panas, letusan gunung berapi besar, hantaman meteorit, hingga pencairan lapisan es raksasa.
Evolusi kehidupan di Bumi juga mengalami lompatan besar, dari organisme bersel satu, tumbuhan purba, hewan laut, dinosaurus, hingga manusia modern. Namun, muncul pertanyaan berapa sebenarnya umur Bumi?
Dikutip dari laman American Museum of Natural History pada Rabu (21/05/2025), sebelum abad ke-19, hanya sedikit ilmuwan yang benar-benar memikirkan usia bumi. Hal ini dikarenakan keterbatasan teknologi dan pemahaman ilmiah pada masa itu.
Banyak pendekatan awal didasarkan pada teks keagamaan atau asumsi geologi yang keliru. Penemuan penting dalam memahami usia bumi dimulai ketika ilmuwan mengembangkan teknik penanggalan radiometrik.
Teknik ini memungkinkan ilmuwan untuk menghitung umur batuan dengan mengukur peluruhan unsur radioaktif yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur seperti uranium, kalium, dan karbon memiliki waktu paruh tertentu yang bisa digunakan sebagai penunjuk waktu geologis.
Salah satu batuan tertua yang pernah ditemukan berada di Acasta Gneiss, Kanada, yang diperkirakan berusia sekitar 4,03 miliar tahun. Di tempat lain, seperti di Isua Supracrustal Belt, Greenland, ditemukan batuan berumur sekitar 3,8 miliar tahun.
Selain itu, ilmuwan juga menemukan kristal zirkon di Jack Hills, Australia, yang berusia sekitar 4,3 miliar tahun. Kristal ini merupakan bahan padat tertua yang diketahui pernah terbentuk di Bumi.
Namun, untuk memperkirakan umur bumi secara lebih akurat, ilmuwan juga mempelajari meteorit. Meteorit adalah sisa-sisa padat dari pembentukan tata surya yang tidak tergabung ke dalam planet.
Penanggalan Radiometrik
Dengan menggunakan metode penanggalan radiometrik pada meteorit, ilmuwan menemukan bahwa sebagian besar meteorit memiliki usia sekitar 4,56 miliar tahun. Karena meteorit terbentuk pada waktu yang hampir bersamaan dengan pembentukan planet-planet, maka ini memberikan petunjuk penting tentang usia bumi dan keseluruhan tata surya.
Lebih lanjut, ilmuwan menggunakan model fisika dan kimia untuk memahami proses pembentukan planet dari awan gas dan debu kosmis. Model ini memperkirakan bahwa Bumi terbentuk dari piringan protoplanet yang mengelilingi matahari muda.
Dalam waktu beberapa juta tahun, partikel-partikel debu bergabung membentuk planet-planet melalui proses akresi. Proses ini mendukung dugaan bahwa usia Bumi berada di kisaran 4,5 miliar tahun.
Dengan menggabungkan semua data, para ilmuwan secara umum sepakat bahwa umur bumi adalah sekitar 4,54 miliar tahun, dengan margin kesalahan sekitar 1 persen. Pengetahuan tentang usia bumi tidak hanya penting dari sisi ilmiah, tetapi juga memberikan perspektif mendalam tentang betapa panjangnya sejarah planet ini dan betapa singkatnya keberadaan manusia dibandingkan keseluruhan sejarah geologis.
(Tifani)