:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/961896/original/049416500_1440120187-20150820-Suhu_Panas.jpg)
Liputan6.com, Jakarta – Pemanasan global tidak hanya mengancam dengan mencairnya es kutub dan naiknya permukaan laut. Peningkatan suhu bumi juga meningkatkan ancaman penyebaran jamur berbahaya Aspergillus, yang kini menjadi perhatian serius komunitas ilmiah dunia.
Para peneliti memperingatkan bahwa perubahan iklim dapat memperluas wilayah penyebaran jamur ini. Padahal, Aspergillus telah menyebabkan jutaan kematian setiap tahunnya di seluruh dunia, terutama pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Melansir laman Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada Kamis (29/05/2025), jamur Aspergillus, khususnya spesies Aspergillus fumigatus, diperkirakan menyebar ke arah utara dari Afrika dan Amerika Selatan menuju Eropa, Asia, bahkan wilayah-wilayah yang sebelumnya dianggap aman dari paparan spora jamur ini. Perubahan suhu global menciptakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan jamur, terutama di wilayah-wilayah yang kini lebih hangat dan lembap akibat pemanasan global.
Jamur ini dikenal dapat menyebabkan aspergilosis, sebuah infeksi serius yang menyerang paru-paru dan, dalam kasus yang lebih parah, menyebar ke otak, ginjal, dan organ vital lainnya. Selain membahayakan kesehatan manusia, Aspergillus juga berdampak negatif pada sektor pertanian dan peternakan.
Spesies ini dapat mencemari pakan ternak dan menyebabkan pembusukan pada hasil panen seperti gandum, jagung, dan kacang-kacangan, menjadikannya tidak aman untuk dikonsumsi. Jamur Aspergillus berkembang biak melalui spora yang mudah tersebar di udara.
Manusia dapat menghirup spora ini tanpa menyadarinya. Ironisnya, lebih dari 90 persen spesies Aspergillus yang ada di lingkungan masih belum dikenali atau dipahami sepenuhnya oleh para ilmuwan.
Hal ini menandakan bahwa ancaman dari jamur ini mungkin jauh lebih besar daripada yang saat ini diketahui. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa Aspergillus fumigatus dapat menyebar ke hingga 77 persen wilayah tambahan di dunia akibat penggunaan bahan bakar fosil yang intensif dan meningkatnya suhu global.
Jamur ini mampu tumbuh subur pada suhu tinggi, seperti yang ditemukan di dalam tumpukan kompos. Bahkan, jamur berbahaya ini dapat bertahan hidup serta berkembang di suhu internal tubuh manusia yang mencapai sekitar 37 derajat Celsius.
Dengan tren pemanasan global yang terus meningkat, para ahli menekankan pentingnya pengawasan lingkungan, pengurangan emisi karbon, dan investasi dalam penelitian patogenik untuk mencegah epidemi jamur di masa depan.
Rentan Terinfeksi
Manusia yang paling rentan terinfeksi jamur Aspergillus adalah orang yang memiliki riwayat asma, fibrosis kistik, atau sistem kekebalan tubuh yang lemah. Masih dari sumber yang sama, berikut ini orang yang paling berisiko parah terinfeksi jamur aspergillus:
1. Orang yang Menjalani Kemoterapi
Pasien yang menjalani kemoterapi mungkin menghadapi risiko terinfeksi jamur aspergillus yang bisa memengaruhi paru-paru mereka, sehingga menyebabkan pneumonia aspergillus atau infeksi paru-paru.
Penyakit ini dikhawatirkan bisa menyebar ke organ lainnya.
2. Orang yang Mengalami Gangguan Imun
Pasien berikutnya yang berisiko parah terinfeksi jamur aspergillus adalah mereka yang mengalami gangguan kekebalan tubuh. Jika sistem kekebalan tubuh utuh, maka spora ini biasanya dihilangkan oleh sel-sel sistem kekebalan tubuh di saluran udara dan paru-paru sehingga penyakit tidak terjadi.
Namun, bagi orang-orang yang sistem kekebalannya bereaksi berlebihan terhadap protein dalam spora, infeksi dapat menimbulkan reaksi mulai dari gejala mirip alergi hingga penyakit invasif.
3. Lansia dan Penderita Asma
Lansia dan orang yang menderita penyakit pernapasan seperti asma mungkin berisiko lebih tinggi terkena komplikasi akibat infeksi jamur. Beberapa orang yang mengalami asma atau fibrosis kistik memiliki reaksi alergi terhadap jamur aspergillus.
(Tifani)