:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5256108/original/099126700_1750226700-20250618-Foto_Kombinasi-AFP_2.jpg)
Liputan6.com, Tel Aviv – Ketegangan antara Israel dan Iran terus meningkat dengan cepat. Pada Kamis (19/6/2025), militer Israel mengeluarkan peringatan kepada warga sipil untuk segera mengungsi dari area sekitar reaktor air berat Arak milik Iran, yang terletak sekitar 250 kilometer di barat daya Teheran.
Peringatan itu disampaikan melalui unggahan di media sosial X (dulu Twitter), disertai dengan citra satelit yang menunjukkan reaktor dalam lingkaran merah — pola yang sebelumnya digunakan Israel sebelum melakukan serangan udara, dikutip dari laman AP, Kamis (19/6).
Militer Israel mengonfirmasi bahwa serangan udara pada hari itu menargetkan Teheran dan sejumlah wilayah lain di Iran. Namun, tidak dijelaskan secara rinci lokasi atau hasil dari serangan tersebut. Sebagai balasan, Iran disebutkan menembakkan serangan rudal tambahan ke arah Israel, mendorong militer Israel meminta warganya untuk segera berlindung.
Ini merupakan hari ketujuh dari kampanye serangan udara Israel terhadap Iran, yang dimulai setelah eskalasi besar dalam hubungan kedua negara. Sehari sebelumnya, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menolak ajakan Amerika Serikat untuk menghentikan perlawanan dan memperingatkan bahwa keterlibatan militer AS dalam konflik ini akan membawa “kerusakan yang tidak dapat diperbaiki”.
Sementara itu, tanda-tanda meredanya ketegangan muncul di Israel, yang mulai mencabut beberapa pembatasan pada aktivitas publik sehari-hari. Namun, ancaman belum sepenuhnya sirna, terutama dengan terus berlanjutnya saling serang antara kedua negara.
Kampanye militer Israel telah menargetkan beberapa situs nuklir penting milik Iran, termasuk fasilitas pengayaan uranium di Natanz, bengkel sentrifugal di sekitar Teheran, serta lokasi penting lainnya di Isfahan. Sejumlah jenderal senior dan ilmuwan nuklir Iran dilaporkan tewas dalam serangan tersebut.
Di sisi lain, Iran membalas dengan meluncurkan sekitar 400 rudal dan ratusan drone ke wilayah Israel, menyebabkan sedikitnya 24 korban jiwa dan ratusan luka-luka. Beberapa rudal menghantam permukiman di Israel bagian tengah, menimbulkan kerusakan besar.
Ketegangan antara Iran dan Israel tak hanya mengguncang kawasan Timur Tengah, tapi juga menimbulkan efek domino ke seluruh dunia. Dari gejolak harga minyak, instabilitas politik global, hingga ancaman kemanusiaan, perang ini menunjukkan bagaimana kon…
Reaktor Arak dan Kekhawatiran Proliferasi Nuklir
… Selengkapnya
Reaktor air berat Arak memainkan peran krusial dalam program nuklir Iran. Air berat berfungsi mendinginkan reaktor, namun juga menghasilkan plutonium sebagai produk sampingan—bahan yang dapat digunakan dalam senjata nuklir jika dimurnikan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran internasional bahwa Iran dapat memiliki jalur alternatif untuk membuat senjata nuklir, selain melalui pengayaan uranium.
Sebagai bagian dari kesepakatan nuklir tahun 2015 antara Iran dan negara-negara besar dunia, Teheran setuju untuk mendesain ulang fasilitas Arak guna membatasi potensi produksinya terhadap plutonium. Inggris mengambil peran dalam membantu proses ini setelah AS menarik diri dari perjanjian pada 2018, di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.
Pada tahun 2019, Iran mengaktifkan sirkuit sekunder di reaktor Arak, langkah yang saat itu masih dianggap berada dalam batas perjanjian. Iran juga sempat menjual air beratnya ke negara-negara Barat, termasuk AS yang tercatat membeli 32 ton air berat senilai lebih dari 8 juta dolar AS dalam satu kesepakatan.
IAEA dan Akses Terbatas
Badan Energi Atom Internasional (IAEA), lembaga pengawas nuklir di bawah naungan PBB, sebelumnya telah meminta Israel untuk tidak menyerang fasilitas nuklir Iran. Inspektur IAEA terakhir kali mengunjungi reaktor Arak pada 14 Mei. Namun, akses mereka kini dibatasi, dan IAEA mengaku telah kehilangan “kontinuitas pengetahuan” tentang jumlah dan aktivitas produksi air berat Iran — kondisi yang menyulitkan verifikasi penuh terhadap kepatuhan Iran pada kesepakatan nuklir.
Ketegangan yang kian meningkat di sekitar situs nuklir seperti Arak tidak hanya memperbesar risiko konflik berskala besar, tapi juga menambah kekhawatiran global terhadap potensi perlombaan senjata nuklir baru di kawasan Timur Tengah.
… Selengkapnya