:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5261304/original/048307200_1750665985-Screenshot_2025-06-23_150259.jpg)
Liputan6.com, Teheran – Di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel, perhatian dunia kembali tertuju pada satu titik sempit yang sangat strategis di kawasan Timur Tengah: Selat Hormuz.
Pertanyaannya: di mana letak Selat Hormuz, dan mengapa wilayah ini begitu krusial dalam geopolitik global?
Selat Hormuz terletak di antara Iran dan Uni Emirat Arab serta wilayah Musandam milik Oman di sebelah selatan. Selat ini menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman, dan selanjutnya menuju Laut Arab dan Samudra Hindia.
Di titik tersempitnya, selat ini hanya memiliki lebar sekitar 33 kilometer, menjadikannya salah satu jalur pelayaran tersibuk dan paling sensitif di dunia.
Teranyar, Anggota senior parlemen Iran Esmaeil Kowsari mengatakan pada Minggu (22/6/2025) bahwa parlemen Iran telah sepakat menutup Selat Hormuz, jalur utama perdagangan energi global, sebagai respons terhadap serangan Amerika Serikat (AS) dan sikap diam komunitas internasional.
Kowsari merupakan anggota komite parlemen urusan keamanan nasional dan kebijakan luar negeri.
“Parlemen telah sampai pada kesimpulan bahwa Selat Hormuz harus ditutup, namun keputusan akhir berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi,” kata Kowsari seperti dikutip kantor berita Iran, Press TV.
Selat Hormuz, yang terletak di mulut Teluk Persia, merupakan salah satu titik sempit (chokepoint) paling krusial dalam perdagangan global, dengan sekitar 20 persen pasokan minyak dunia melewatinya.
Menurut berbagai perkiraan, sekitar 20 persen pasokan minyak dunia atau sekitar 17 hingga 18 juta barel per hari melewati Selat Hormuz, menjadikannya sangat penting bagi energi global.
Selat yang sempit ini juga menjadi jalur transit utama bagi gas alam cair (LNG), terutama dari Qatar, yang merupakan salah satu eksportir LNG terbesar di dunia.
Selat Hormuz adalah satu-satunya jalur laut yang menghubungkan Teluk Persia ke laut lepas dan menjadi rumah bagi negara-negara penghasil minyak utama seperti Iran, Arab Saudi, Irak, Kuwait, dan Uni Emirat Arab.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan bahwa militer AS telah melancarkan serangan terhadap tiga lokasi di Iran. Langkah ini menandai keterlibatan langsung AS dalam upaya Israel untuk melumpuhkan program nuklir Iran.