:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5241890/original/039382200_1749012281-suriah.jpeg)
Liputan6.com, Tel Aviv – Dengan peta politik Suriah yang berubah drastis setelah lengsernya Bashar al-Assad, serta berkurangnya kekuatan Hizbullah di Lebanon, Israel melihat peluang untuk memperluas jangkauan perdamaiannya. Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, mengungkapkan bahwa pemerintahnya ingin merangkul lebih banyak negara Arab melalui kesepakatan normalisasi hubungan.
“Israel ingin memperluas lingkaran perdamaian dan normalisasi yang sudah terjalin lewat Abraham Accords,” kata Saar dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Austria Beate Meinl-Reisinger di Yerusalem, dikutip dari laman France24, Selasa (1/7/2025).
Kesepakatan Abraham Accords yang ditengahi Amerika Serikat pada 2020 lalu mempertemukan Israel dengan Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko.
“Kami berkepentingan untuk mengajak negara-negara tetangga kami seperti Suriah dan Lebanon masuk dalam lingkaran perdamaian ini, tentu sambil memastikan kepentingan dan keamanan Israel tetap terjaga,” tegas Saar.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa kemenangan negaranya dalam perang 12 hari melawan Iran baru-baru ini “membuka jalan bagi perluasan kesepakatan damai secara signifikan.”
Golan Kembali Jadi Sorotan
Dataran Tinggi Golan, wilayah strategis yang direbut Israel dari Suriah pada Perang Enam Hari 1967 dan kemudian dianeksasi, kembali menjadi pokok perbincangan. Meski tidak diakui PBB, Israel menegaskan wilayah ini tidak akan dilepaskan dalam kesepakatan damai apa pun nanti.
“Dataran Tinggi Golan akan tetap menjadi bagian dari Israel dalam perjanjian perdamaian mendatang,” ujar Saar.
Sejak Assad jatuh pada Desember lalu, Israel telah menempatkan pasukan di zona demiliterisasi Golan yang selama ini diawasi PBB, serta melancarkan ratusan serangan terhadap sasaran militer di dalam wilayah Suriah.
Sementara di Lebanon, kekuatan Hizbullah menurun setelah konflik dengan Israel pada tahun lalu yang dipicu serangan Israel terhadap Hamas di Gaza. Meski sudah ada gencatan senjata sejak November, Israel terus menggempur target Hizbullah.
Belum ada tanggapan resmi dari pemerintah Suriah maupun Lebanon atas pernyataan terbaru dari Israel.
Kekacauan melanda Desa Kouya di Daraa, Suriah selatan, setelah serangan artileri dan operasi militer Israel yang menewaskan sedikitnya 7 orang dan memaksa banyak keluarga mengungsi.
Dorongan Damai dari AS
… Selengkapnya
Pemerintah Amerika Serikat menilai gencatan senjata pada 24 Juni lalu yang mengakhiri perang 12 hari antara Israel dan Iran membuka peluang untuk menciptakan peta perdamaian baru di Timur Tengah.
Seorang diplomat senior AS, Tom Barrack, yang juga Duta Besar untuk Turki sekaligus utusan khusus untuk Suriah, bahkan menyerukan agar Israel merajut kesepakatan damai dengan Suriah dan Lebanon.
“Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa menunjukkan sikap terbuka terhadap Israel dan menginginkan perdamaian di perbatasan,” ujar Barrack dalam wawancara dengan kantor berita Anadolu.
“Saya pikir hal serupa juga berlaku bagi Lebanon. Mewujudkan kesepakatan dengan Israel kini menjadi sebuah keharusan.”
Tekanan juga semakin besar terhadap pemerintah Israel untuk menghentikan serangannya di Jalur Gaza, yang sebelumnya dipicu serangan mematikan Hamas pada Oktober 2023.
“Orang-orang mulai kembali mengarah ke semangat Abraham Accords, apalagi situasi Gaza kini mulai mereda,” tutur Barrack.
“Apa yang baru saja terjadi antara Israel dan Iran adalah momen bagi kita semua untuk berkata: ‘Waktunya habis, mari kita buka lembaran baru.’”
Barrack menambahkan, “Timur Tengah sudah siap memasuki babak dialog yang baru. Masyarakat di sini sudah lelah dengan konflik yang terus berulang.”