:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5133491/original/2900_1739542311-DALL__E_2025-02-14_21.10.36_-_A_dramatic_digital_illustration_of_a_uranium_mountain__glowing_with_a_green_radioactive_aura._The_landscape_is_rugged_and_mysterious__with_exposed_ura.jpg)
, Jakarta – Uranium pertama kali ditemukan pada tahun 1789 oleh Martin Klaproth, seorang ahli kimia asal Jerman.
Unsur ini, seperti dikutip dari DW Indonesia, Selasa (1/7/2026), bersifat radioaktif dan secara alami ditemukan di lingkungan dalam jumlah yang sangat kecil. Ilmuwan menyebutnya sebagai jumlah jejak atau trace amounts.
Uranium bisa ditemukan di batuan, tanah, sistem perairan seperti sungai, pada tanaman, bahkan dalam bentuk debu di udara.
Seperti apa bentuk uranium?
Secara fisik, uranium memiliki warna keperakan-putih-abu-abu yang mirip dengan logam berat lainnya seperti timbal, kadmium, atau tungsten. Kepadatan uranium juga sangat tinggi.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) memperkirakan bahwa sebuah kubus uranium berukuran 10 sentimeter memiliki berat sekitar 20 kilogram.
Untuk apa uranium digunakan?
Uranium dalam bentuk alaminya bisa diproses lebih lanjut menjadi dua jenis, yakni uranium yang “diperkaya” dan uranium yang “terdeplesi.”
Uranium yang diperkaya digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga nuklir atau reaktor nuklir yang menggerakkan kapal laut dan kapal selam. Uranium dengan tingkat kemurnian tinggi ini juga dapat digunakan dalam bom atom.
Sementara itu, uranium terdeplesi digunakan sebagai pelindung radiasi atau sebagai peluru dalam senjata penembus lapis baja.
… Selengkapnya
Bagaimana pengayaan uranium?
Secara alami, uranium memiliki tiga isotop: U-234, U-235, dan U-238.
Isotop adalah varian atom dari unsur kimia yang berbeda dalam jumlah neutronnya. Namun, dengan jumlah proton dan elektron yang sama.
Dalam isotop uranium, angka setelah huruf “U” menunjukkan jumlah total proton dan neutron. Artinya, isotop U-235 memiliki 92 proton dan 143 neutron, yang jika ditambahkan berjumlah 235.
Isotop U-235 adalah jenis yang paling dicari karena bisa digunakan dalam reaktor dan senjata nuklir. Namun, uranium alami hanya mengandung 0,72% U-235. Oleh karena itu, uranium harus “diperkaya” agar kandungan U-235-nya meningkat ke level yang bisa dimanfaatkan.
Prosesnya mirip dengan menyaring tanah untuk mencari emas. U-235 diekstraksi dan disimpan, sementara sisa uranium disisihkan. Proses ini diulang hingga didapatkan uranium dengan kandungan U-235 yang lebih tinggi.
Uranium dengan kandungan 3,67% U-235 sudah cukup untuk digunakan dalam pembangkit listrik tenaga nuklir.
Uranium yang diperkaya lebih dari 90% dianggap sudah mencapai ambang batas senjata nuklir, atau bisa digunakan untuk membuat bom atom.
U-235 berguna bagi bom atom karena memiliki kemampuan unik untuk menggerakkan fisi nuklir. Ketika inti atom di dalam setiap elemen U-235 pecah secara berantai dalam kondisi superkritis, energi raksasa dilepaskan dalam ledakan yang sangat destruktif.
… Selengkapnya
Uranium di lingkungan sekitar
Uranium bisa muncul di mana pun, termasuk pekarangan rumah. Menurut IAEA, konsentrasi rata-rata atau jumlah jejak uranium alami di dalam tanah adalah dua bagian per juta, atau sekitar 0,0002%.
Sebagai debu di udara, uranium dapat mengendap di permukaan sungai, aliran air, dan danau, kemudian turun ke dasar dan bercampur dengan uranium alami yang sudah ada di sana.
Hewan ternak juga bisa mengonsumsi uranium saat memakan rumput, tetapi uranium ini akan cepat dikeluarkan kembali melalui urin dan feses.
Jejak uranium di air minum?
Uranium juga dapat masuk ke dalam air tanah. Meski begitu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa “asupan uranium melalui air minum biasanya sangat rendah.”
Betapapun juga, tingkat bahaya tetap bergantung pada konsentrasi uranium dalam air yang dikonsumsi. IAEA menyebutkan bahwa di beberapa wilayah dunia, konsentrasinya bisa sangat tinggi sehingga asupan uranium dari air minum bisa jauh lebih besar daripada dari makanan.
Di beberapa wilayah Finlandia, misalnya, konsumsi uranium bisa mencapai puluhan mikrogram per hari.
Apakah paparan uranium bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker pada manusia masih belum jelas. WHO menyatakan bahwa data dari studi laboratorium pada manusia maupun hewan belum memadai untuk menyimpulkan hal tersebut.
… Selengkapnya
Seberapa berbahaya uranium?
Uranium bisa mengancam nyawa, bergantung pada tingkat paparan.
Jika seseorang hanya terpapar uranium di luar tubuh, yang disebut sebagai paparan eksternal, risikonya bagi kesehatan relatif rendah.
Uranium meluruh dalam bentuk partikel alfa. Kulit manusia cukup stabil untuk menangkal partikel-partikel tersebut.
Partikel alfa tergolong lamban dan berat dibanding bentuk radiasi nuklir lainnya sehingga tak mampu menembus jauh ke dalam tubuh atau melalui benda padat.
Namun, jika seseorang mengonsumsi uranium dalam konsentrasi tinggi, unsur ini bisa menyebabkan kanker, khususnya pada tulang atau hati. Jika terhirup dalam jumlah besar, partikel alfa dari uranium sangat mungkin menyebabkan kanker paru-paru.
Selain itu, uranium juga merupakan zat kimia beracun. Jadi, dalam bentuk apa pun, konsumsi uranium akan merusak organ tubuh secara drastis, terutama ginjal.
Kebocoran uranium industri
Sebagian uranium di lingkungan berasal dari aktivitas industri. Sebagian lagi dilepaskan ke atmosfer melalui proses penambangan.
Mayoritas produksi uranium dunia berasal dari Kazakstan, Kanada, dan Australia. Namun, uranium juga ditambang di Niger dan Namibia.