:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5190207/original/027701100_1744860343-download__37_.jpg)
Liputan6.com, Beijing – Sebuah restoran mewah di Shanghai, China, menjadi sorotan publik setelah memperkenalkan pengalaman bersantap bertema hutan hujan tropis yang ekstrem.
Salah satu menu andalannya adalah makanan penutup yang terbuat dari kotoran gajah yang telah diproses, memicu kontroversi luas dan membelah opini publik di media sosial.
Restoran ini mulai ramai diperbincangkan setelah seorang food blogger populer bernama “Catatan Kuliner Mixue” yang memiliki lebih dari 400.000 pengikut di platform RedNote, mengunggah video berjudul Shanghai’s New Restaurant Pushes the Limits of Crazy” “Restoran Baru di Shanghai Dorong Batas Kewarasan” pada 7 April lalu.
Dalam video tersebut, seperti diberitakan SCMP, Kamis (17/4/2025), ia membagikan pengalamannya menyantap menu unik di restoran tersebut.
Restoran ini mengusung konsep ramah lingkungan dengan menyajikan 15 hidangan bertema hutan hujan.
Salah satunya adalah “Flowers Inserted into Elephant Dung”, sebuah dessert berbasis kotoran gajah kering yang disterilkan dan diolah menyerupai remah-remah renyah, dihias dengan parfum herbal, selai buah, serbuk sari, dan es krim madu.
Harga untuk menikmati paket lengkap ini mencapai 3.888 yuan atau sekitar Rp8,7 juta, belum termasuk minuman.
Pendiri restoran ini merupakan gabungan dari etnis Blang asal China dan seorang koki dari Prancis. Keduanya mengklaim telah menghabiskan tujuh tahun meneliti hutan hujan di Provinsi Yunnan sebelum merealisasikan konsep “membawa hutan ke Shanghai.”
Dalam pengalaman bersantapnya, pengunjung diajak memulai dengan memetik daun langsung dari tanaman pot, mencelupkannya ke dalam saus, lalu menyantapnya mentah.
Menu lain termasuk menjilat madu dari es batu hingga semangkuk “lumpur hitam” yang dikembangkan untuk meniru aroma tajam bunga Rafflesia.
Diklaim Steril dan Aman
… Selengkapnya
Untuk dessert yang paling kontroversial, tamu bahkan harus menaiki tangga dalam sesi “tur pencuci mulut” untuk memilih aroma herbal dan selai yang ingin ditambahkan ke kotoran gajah yang telah diproses. Kotoran ini, menurut pihak restoran, kaya serat tumbuhan dan biasa digunakan dalam industri pembuatan kertas ramah lingkungan.
Namun, meski diklaim steril dan aman, belum ada kepastian apakah menu berbahan dasar kotoran gajah ini sepenuhnya memenuhi standar keamanan pangan sesuai Undang-Undang Kebersihan Makanan di Tiongkok yang mensyaratkan makanan harus tidak beracun, tidak membahayakan, dan memiliki nilai gizi.
Pandangan warganet pun terbelah.
“Menjijikkan dan menakutkan. Saya dari Yunnan, dan kami tidak makan kotoran gajah,” tulis salah satu komentar.
“Orang kaya akan makan apa saja. Ini seperti ujian ketaatan besar-besaran bagi kaum elite,” tambah yang lain.
Namun, ada juga yang menyambutnya dengan antusias.
“Ini bukan restoran biasa, lebih seperti tempat eksperimental. Kalau ingin pengalaman baru, layak dicoba.”
… Selengkapnya