:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5195274/original/002034300_1745336208-Untitled.jpg)
Liputan6.com, Vatican City – Setiap kali seorang Paus baru terpilih, dunia tidak hanya menanti wajahnya dari balkon Basilika Santo Petrus, tetapi juga nama baru yang akan ia pilih. Nama itu bukan sembarang pilihan—ia sarat dengan sejarah, makna simbolis, dan penanda arah bagi masa depan Gereja Katolik.
Mengutip CNN, Senin (5/5/2025), tradisi mengganti nama ini, meski tidak tertulis dalam doktrin Gereja Katolik, sudah berlangsung sejak Abad Pertengahan.
Paus pertama yang memulai kebiasaan ini adalah Yohanes II, yang menjabat pada tahun 533–535. Nama asli beliau adalah Mercurius, yang dianggap terlalu mirip dengan dewa pagan Romawi, sehingga ia menggantinya untuk menghormati nilai-nilai kekristenan.
Paus berikutnya yang mengubah namanya adalah Peter Canepanova pada abad ke-10, yang menjadi John XIV agar tidak dipanggil Peter II, kata Liam Temple, asisten profesor dalam sejarah Katolik di Pusat Studi Katolik di Universitas Durham.
Setelah itu, praktik ini menjadi kebiasaan di kalangan para Paus, terutama saat mereka berasal dari luar Italia dan ingin menyesuaikan diri dengan pendahulu mereka yang lebih dikenal umat. Seiring waktu, hanya sedikit Paus yang mempertahankan nama baptis mereka.
Salah satunya adalah Marcellus II dan Adrian VI pada abad ke-16.
Bagaimana Proses Pemilihan Nama Paus?
Setiap nama Paus membawa sejarah dan asosiasi tersendiri. Nama tersebut bisa menjadi penghormatan terhadap santo pelindung, tokoh reformis, atau paus terdahulu yang dianggap inspiratif.
Paus Fransiskus, misalnya, memilih nama dari Santo Fransiskus dari Assisi—tokoh yang dikenal karena cinta damai, kepedulian terhadap alam, dan keberpihakan pada kaum miskin. Nama ini menjadi cerminan arah kepemimpinannya yang penuh empati dan kesederhanaan.
Pendahulunya, Paus Benediktus XVI, memilih nama tersebut sebagai bentuk penghormatan terhadap Santo Benediktus dan Paus Benediktus XV, simbol perdamaian dan rekonsiliasi di tengah Perang Dunia I.
Nama-Nama yang Tidak Akan Dipilih
… Selengkapnya
Namun tidak semua nama bisa atau akan dipilih. Salah satu nama yang secara tradisional dihindari adalah Petrus, sebagai bentuk penghormatan terhadap Rasul Petrus, Paus pertama sekaligus fondasi utama Gereja Katolik.
Selain alasan penghormatan, legenda menyebut bahwa Paus Petrus II akan menjadi Paus terakhir sebelum kiamat.
Nama-nama lain seperti Urban atau Pius juga dihindari karena konotasi sejarah yang kurang menguntungkan. Paus Urban VIII, misalnya, memulai pengadilan terhadap Galileo Galilei, sementara Pius XII dikritik atas perannya selama Perang Dunia II.
Nama Calon Paus di Masa Depan
… Selengkapnya
Jika Paus berikutnya ingin menegaskan komitmen terhadap reformasi, nama seperti Leo—mengacu pada Leo XIII yang dikenal dengan perhatian terhadap keadilan sosial—atau Innocent, yang terhubung dengan upaya pemberantasan korupsi, bisa menjadi pilihan.
Bila Paus terpilih berasal dari belahan dunia Global South, seperti halnya Paus Fransiskus, nama-nama awal seperti Gelasius, Miltiades, atau Victor—yang berasal dari Afrika—mungkin akan dipertimbangkan sebagai bentuk penegasan keragaman.
Hingga kini, tercatat 44 nama paus yang hanya digunakan satu kali. Paus Fransiskus sendiri menjadi paus pertama dalam lebih dari 1.100 tahun yang memilih nama baru dan belum pernah dipakai sebelumnya. Nama unik sebelumnya adalah Lando, yang menjabat kurang dari setahun pada abad ke-10.
Bagaimana Nama Paus Diumumkan ke Dunia?
… Selengkapnya
Setelah asap putih mengepul dari cerobong Kapel Sistina dan lonceng Basilika Santo Petrus berdentang, dunia akan mendengar pengumuman ikonik: “Habemus Papam” atau “Kita Memiliki Paus”.
Pengumuman ini disampaikan dalam bahasa Latin oleh kardinal protodiakon dari balkon tengah Basilika. Nama baptis paus baru akan diterjemahkan ke dalam Latin, sementara nama keluarganya tetap dalam bahasa asal. Nama kepausannya akan disebut paling akhir.
Saat Paus Fransiskus terpilih pada 2013, namanya diumumkan sebagai “Franciscum” setelah nama baptis “Giorgio Marium” (Jorge Mario) dan marga “Bergoglio”.
… Selengkapnya