:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4279468/original/022790600_1672660710-20230102-Pelayat-Paus-Benediktus-XVI-AP-2.jpg)
Liputan6.com, Vatican City – Dalam setiap konklaf, momen paling dinantikan oleh umat Katolik sedunia adalah ketika seorang kardinal senior muncul di balkon Basilika Santo Petrus dan mengucapkan dua kata ikonik: “Habemus Papam.”
Kalimat Latin ini, yang berarti “Kita punya Paus,” tidak hanya menandai akhir masa sede vacante, tetapi juga menjadi penanda dimulainya era baru kepemimpinan spiritual dan diplomatik Gereja Katolik Roma.
Diucapkan dengan lantang dari balkon loggia pusat, “Habemus Papam” adalah bagian dari ritual sakral yang telah dijalankan selama berabad-abad. Momen ini terjadi setelah serangkaian pemungutan suara tertutup di Kapel Sistina, ketika dua pertiga dari para kardinal-elektor telah sepakat pada satu nama yang layak menggantikan Takhta Suci.
Kalimat lengkapnya berbunyi:
“Annuntio vobis gaudium magnum: Habemus Papam!” (Aku memberitakan kepada kalian kabar suka cita besar: Kita punya Paus!).
Setelah itu, disebutkan nama Paus baru serta nama kepausan yang ia pilih, disusul kemunculannya ke publik untuk memberikan berkat apostolik pertamanya, “Urbi et Orbi.”
Lebih dari sekadar pengumuman, “Habemus Papam” adalah simbol kontinuitas Gereja Katolik. Ia menyampaikan kepada dunia bahwa Gereja tetap berdiri kokoh, meski terjadi pergantian pemimpin. Seruan ini juga merupakan titik balik spiritual, ketika umat Katolik dipanggil untuk menyambut dan menaati pemimpin baru mereka sebagai penerus Santo Petrus.
Namun, maknanya tak hanya bersifat rohani.
Dalam konteks modern, ketika seorang paus baru muncul di balkon, ia juga tampil sebagai kepala negara Vatikan dan tokoh penting dalam geopolitik internasional. Dengan demikian, “Habemus Papam” juga dapat dibaca sebagai awal dari babak diplomasi global yang baru.
Babak Baru Geopolitik Vatikan
… Selengkapnya
Takhta Suci adalah entitas yuridis yang berdaulat di bawah hukum internasional, menjalin hubungan diplomatik dengan lebih dari 180 negara.
Maka, Paus yang diumumkan lewat “Habemus Papam” bukan hanya pemimpin 1,4 miliar umat Katolik, tetapi juga aktor penting dalam percaturan politik global—dari isu perdamaian, perubahan iklim, hingga keadilan sosial.
Pilihan paus dari luar Eropa, sebagaimana yang dilakukan Paus Fransiskus dari Argentina, juga membawa dampak signifikan terhadap peta kekuatan Gereja secara global. Saat seruan “Habemus Papam” menggema, dunia menyimak: dari mana asal paus baru, nilai apa yang ia bawa, dan ke mana Gereja akan melangkah.
… Selengkapnya