:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5212828/original/042908300_1746666030-asap_hitam.jpg)
Liputan6.com, Vatican City – Pada Rabu petang 7 Mei 2025 waktu setempat, asap hitam membumbung dari cerobong Kapel Sistina di Vatikan. Ini artinya, pada putaran pertama pemilihan paus ke-267, tak ada satu pun kandidat yang berhasil meraih suara mayoritas dua pertiga yang dibutuhkan. Proses pemilihan pun berlanjut, meninggalkan jutaan umat Katolik di seluruh dunia dalam penuh harap dan antisipasi.
Ribuan orang menunggu asap dari St. Peter’s Square (Lapangan Santo Petrus) pada akhir hari pertama pemungutan suara rahasia oleh 133 kardinal untuk pemimpin berikutnya dari 1,4 miliar umat Katolik di dunia.
Warna asap, hitam atau putih, menjadi satu-satunya cara komunikasi hasil pemungutan suara rahasia kepada publik yang menunggu di Lapangan Santo Petrus. Asap hitam, hasil pembakaran surat suara dengan campuran bahan kimia tertentu, menunjukkan belum ada kesepakatan. Sebaliknya, asap putih menandakan terpilihnya Paus baru. Proses konklaf ini, pemilihan paus secara tertutup, bisa berlangsung beberapa jam, hari, bahkan minggu.
Laporan Associated Press (AP) yang dikutip Kamis (8/5/2025) menyebut para kardinal yang berpartisipasi dalam konklaf yang paling beragam secara geografis dalam sejarah 2.000 tahun agama tersebut hanya mengambil satu putaran pemungutan suara pada Rabu (7/5) malam. Setelah gagal menemukan pemenang pada pemungutan suara pertama, mereka beristirahat malam itu dan akan kembali ke Kapel Sistina pada Kamis pagi untuk mencoba mencari pengganti Paus Fransiskus.
Mereka membuka konklaf pemilihan penerus Paus Fransiskus pada Rabu (7/5) sore, berpartisipasi dalam ritus yang lebih dramatis daripada yang dapat diciptakan oleh Hollywood, dengan kehadiran kardinal berjubah merah, nyanyian Latin, dupa, dan kesungguhan yang menggarisbawahi keseriusan momen tersebut.
Di luar Lapangan Santo Petrus, suasananya meriah, karena ribuan orang berbondong-bondong ke piazza untuk menyaksikan prosesi di layar video raksasa, bertepuk tangan ketika pintu Kapel Sistina ditutup dan pemungutan suara dimulai. Mereka menunggu selama berjam-jam, menonton layar yang hanya memperlihatkan cerobong asap tipis dan sesekali burung camar.
Setelah pemungutan suara berlangsung hingga waktu makan malam, sebagian orang meninggalkan tempat itu dengan frustrasi, tetapi mereka yang tetap tinggal bersorak ketika asap akhirnya mengepul keluar.
“Harapan saya adalah para kardinal akan memilih seorang pria yang dapat menjadi pembawa damai dan dapat menyatukan kembali gereja,” kata Gabriel Capry, seorang pria berusia 27 tahun dari London.