:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3214706/original/046801200_1597981814-kalea-jerielle-fuBj4vkp4-g-unsplash.jpg)
Liputan6.com, Jakarta – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komgidi) memblokir akses layanan World App dan WorldCoin setelah menerima laporan masyarakat terkait aktivitas mencurigakan dari aplikasi tersebut. World App yang dikembangkan oleh Sam Altman, sebelumnya ramai dibicarakan di media sosial X.
Aplikasi ini menawarkan token digital yang dapat dikonversi menjadi uang tunai ratusan ribu rupiah hanya dengan memindai retina pengguna. Pemindaian retina merupakan bagian dari teknologi biometrik, yang memanfaatkan ciri khas fisiologis atau perilaku manusia untuk mengidentifikasi seseorang secara unik.
Dalam hal ini, retina digunakan karena pola pembuluh darah di dalamnya sangat kompleks dan berbeda pada setiap individu. Studi dalam International Journal of Advanced Research in Computer Science pada 2018 menyebutkan bahwa pemindaian retina adalah salah satu metode paling akurat dalam sistem identifikasi.
Namun, meskipun tingkat keamanannya tinggi, penggunaan biometrik seperti retina juga menimbulkan kekhawatiran privasi. Insurance Journal melaporkan bahwa jika data retina seseorang bocor, maka identitas tersebut tidak lagi menjadi milik pribadi, mengingat retina tidak dapat diubah seperti kata sandi.
Menariknya, retina bukan satu-satunya bagian tubuh yang dapat digunakan sebagai identitas biometrik. Beberapa bagian tubuh lain yang bisa dimanfaatkan untuk mengidentifikasi seseorang secara akurat.
Dikutip dari laman Boldsky pada Jumat (09/05/2025), berikut beberapa bagian tubuh lain yang bisa dimanfaatkan untuk mengidentifikasi seseorang secara akurat.
1. Sidik Jari
Dalam dunia forensik dan keamanan, sidik jari telah lama menjadi salah satu metode identifikasi paling andal. Keunggulannya tidak hanya terletak pada kemudahan pengambilan data, tetapi juga pada keunikan pola yang dimiliki setiap individu.
Sidik jari merupakan pola garis-garis halus di permukaan kulit ujung jari manusia. Pola ini terbentuk secara alami saat janin berusia sekitar 10 hingga 16 minggu di dalam kandungan, dan tetap tidak berubah sepanjang hidup seseorang.
Bahkan, identik secara genetik seperti anak kembar pun memiliki sidik jari yang berbeda. Hal ini membuktikan bahwa sidik jari adalah identitas unik yang tidak bisa disamakan antara satu individu dengan yang lainnya.
Keunikan ini diperkuat dengan sifat permanen sidik jari. Meskipun seseorang tumbuh, menua, atau mengalami perubahan fisik lainnya, pola sidik jari tetap konsisten. Ia hanya bisa berubah jika terjadi kerusakan permanen pada kulit, seperti luka bakar atau cedera berat.
Namun pada umumnya, struktur dasar pola sidik jari akan tetap utuh seumur hidup. Selain itu, sidik jari memiliki banyak titik ciri yang disebut minutiae points, seperti percabangan garis, ujung garis, dan pola pulau.
Titik-titik ini menjadi dasar perbandingan dalam proses identifikasi karena susunannya sangat kompleks dan berbeda pada setiap orang.
Daun Telinga
2. Daun Telinga
Tak hanya sidik jari dan retina, daun telinga juga bisa dimanfaatkan untuk proses identifikasi dengan tingkat akurasi yang cukup tinggi. Struktur daun telinga dibentuk oleh jaringan tulang rawan yang membentuk pola-pola khas seperti heliks, antiheliks, tragus, dan lobus.
Bentuk keseluruhan, ukuran, serta letak bagian-bagian ini sangat bervariasi antara satu individu dengan yang lain. Menariknya, seperti sidik jari, bentuk daun telinga juga bersifat permanen dan tidak berubah seiring pertambahan usia, kecuali ada gangguan fisik atau tindakan bedah.
Dalam bidang biometrik, identifikasi menggunakan daun telinga dikenal sebagai ear biometrics. Teknologi ini memanfaatkan foto atau pemindaian 3D untuk menangkap citra telinga dan membandingkannya dengan data yang sudah tersimpan.
3. Lidah
Lidah manusia juga memiliki potensi besar sebagai alat identifikasi pribadi yang unik. Meski masih jarang digunakan secara luas, penelitian menunjukkan bahwa lidah menyimpan ciri khas yang sulit ditiru atau dimanipulasi.
Secara anatomi, setiap orang memiliki bentuk lidah yang berbeda, baik dari segi panjang, lebar, ketebalan, maupun lekukan di bagian ujung dan sisi-sisinya. Tak hanya itu, permukaan lidah yang dilapisi oleh papila (bintik-bintik kecil) juga membentuk pola-pola tertentu yang unik bagi setiap individu.
Pola ini cenderung stabil dan sulit berubah sepanjang hidup, kecuali ada gangguan medis yang serius. Uniknya lagi, lidah memiliki karakteristik gabungan antara biometrik fisiologis dan perilaku.
Selain bentuknya, cara seseorang menggerakkan lidah atau berbicara juga bisa dianalisis secara digital, misalnya dalam pengenalan suara berbasis artikulasi.
(Tifani)