:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5201258/original/026118500_1745815549-WhatsApp_Image_2025-04-28_at_11.26.37_2166e5f9.jpg)
Liputan6.com, Virginia – Hari ini tepat 223 tahun yang lalu, ibu negara pertama Amerika Serikat Martha Dandridge Custis Washington sekaligus istri Presiden George Washington, meninggal dunia di kediamannya di Mt. Vernon. Ia mengembuskan napas terakhirnya dalam usia 70 tahun pada Selasa, 22 Mei 1802.
Sebagaimana dikutip dari History.com pada Kamis (22/5/2025), disebutkan bahwa sama seperti suaminya, Martha lahir di koloni Amerika sebagai warga negara Inggris pada 1731. Saat berusia 19 tahun, perempuan mungil berambut gelap ini menikah dengan Daniel Parke Custis, seorang pemilik perkebunan berusia 39 tahun asal Virginia, pada 1750. Pasangan ini tinggal di sebuah rumah besar. Setelah Custis meninggal dunia pada 1757, Martha mengambil alih pengelolaan perkebunan berkat bakat alaminya dalam bidang bisnis.
Dua tahun kemudian, Martha yang saat itu berusia 28 tahun dan telah menjadi janda kaya dengan dua anak, bertemu dengan George Washington. Kala itu, George menjabat sebagai kolonel di tentara Inggris, merupakan veteran Perang Prancis dan Indian, sekaligus anggota House of Burgesses Virginia. Keduanya menikah pada 1759.
Pada 1761, George dan Martha pindah ke Mt. Vernon setelah George mewarisi properti tersebut. Meski tidak memiliki anak kandung -sejumlah sejarawan meyakini George mengalami kemandulan- ia mengadopsi kedua anak Martha dan membesarkan mereka seperti anak sendiri.
Sebelum Revolusi Amerika pecah pada 1776, Martha mengelola dua properti sekaligus, yakni Mt. Vernon dan perkebunan warisan Custis, dengan bantuan banyak budak dan pelayan. Selama perang, Martha kerap mendampingi George di kamp-kamp militer, merawatnya, serta menggerakkan para perempuan setempat untuk membantu menyediakan makanan, pakaian, dan perawatan bagi para tentara.
Kisah Setia Martha Washington hingga Akhir Hayat
… Selengkapnya
Pada 1789, George Washington terpilih sebagai presiden pertama Amerika Serikat. Martha, yang saat itu berusia 57 tahun, berjuang menyesuaikan diri dengan peran baru yang belum memiliki preseden. Ia menghindari sorotan publik dan merasa terbatasi karena setiap langkahnya diatur oleh para penasihat dan dipantau media.
Dilarang makan malam secara pribadi dengan teman, Martha dan George rutin menggelar jamuan resmi serta resepsi di kediaman presiden, pertama di New York dan kemudian di Philadelphia. Ia tidak menyukai kedua kota tersebut dan sangat menantikan masa pensiun George untuk kembali ke Mt. Vernon. Pada masa itu, istilah “First Lady” belum populer; Martha lebih sering disebut “Lady Washington”.
Teman dan kenalan mereka menyaksikan betapa dekatnya George dan Martha. Martha merasa tugas utamanya adalah merawat suaminya. Saat George menjalani operasi pengangkatan tumor di lidahnya pada 1789, Martha sendiri yang merawatnya. Ia bahkan memerintahkan jalanan di sekitar rumah ditutup agar suaminya bisa beristirahat dengan tenang.
Meski demikian, Martha mungkin bukan cinta pertama George. Sebelum menikahi Martha, George pernah jatuh cinta kepada Sally Fairfax, istri sahabat lamanya. Beberapa bukti menunjukkan perasaan itu tetap ada, meski ia sudah menikah dengan Martha. Tidak diketahui apakah Martha mengetahui hal ini. Setelah George wafat pada 1799, Martha membakar semua surat menyurat mereka, sesuai permintaan George.
Martha dengan lapang hati menyerahkan tempat pemakaman pribadi bagi suaminya dan memberi izin John Adams untuk memakamkan George di Gedung Capitol AS. Namun, rencana itu tidak pernah terwujud. George tetap dimakamkan di tanah kesayangannya di Mt. Vernon.
Martha Washington menghabiskan sisa hidupnya di Mt. Vernon dan wafat pada Selasa, 22 Mei 1802. Ia dimakamkan di tempat yang sama, mendampingi suaminya.