:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2750468/original/038522900_1552478334-galaksi_2.jpg)
Liputan6.com, Jakarta – Para astronom berhasil mengabadikan sebuah momen langka dan dramatis yakni tabrakan galaksi. Fenomena kosmis ini terjadi lebih dari 11 miliar tahun cahaya dari bumi.
Peristiwa luar biasa ini terjadi saat semesta masih muda, baru berusia sekitar 2,5 miliar tahun atau 18 persen dari usianya sekarang. Penemuan ini dipublikasikan dalam jurnal Nature dan menjadi tonggak penting dalam pemahaman ilmiah terhadap evolusi galaksi dan peran lubang hitam supermasif dalam mengatur proses pembentukan bintang.
Mengutip laporan Sci News pada Jumat (23/05/2025), para ilmuwan menggunakan dua instrumen tercanggih di dunia untuk menelusuri peristiwa ini: Very Large Telescope (VLT) milik European Southern Observatory (ESO), dan teleskop jaringan Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA) di Chile. Melalui kolaborasi data dari kedua teleskop ini, mereka berhasil mengintip sebuah kisah dahsyat di masa lampau yang mereka sebut sebagai “jousting cosmic”—sebuah pertarungan galaksi yang menyerupai turnamen kesatria di abad pertengahan.
Kedua galaksi yang terlibat tampak saling mendekat dengan kecepatan luar biasa, sekitar 500 kilometer per detik. Namun, bukan tabrakan frontal yang terjadi.
Sebaliknya, galaksi-galaksi ini hanya bersentuhan secara ringan, kemudian mundur, dan kembali bersiap untuk interaksi berikutnya. Fenomena ini ini bukan sekadar tabrakan, melainkan serangkaian putaran yang penuh energi, memicu perubahan dramatis dalam struktur internal masing-masing galaksi.
Dalam pertempuran ini, salah satu galaksi memiliki keunggulan besar yakni sebuah quasar. Quasar merupakan inti galaksi yang sangat terang karena ditenagai oleh lubang hitam supermasif aktif.
Quasar yang diberi nama J012555.11-012925.00 memancarkan radiasi energi tinggi yang sangat kuat. Radiasi ini mengganggu dan menghancurkan awan gas serta debu di galaksi tetangga, memutus suplai bahan baku utama untuk pembentukan bintang baru.
Gangguan pada Awan Molekul
Radiasi intens yang dipancarkan quasar menyebabkan gangguan pada awan molekul. Hal ini meninggalkan hanya bagian-bagian paling padat dan kecil yang kemungkinan besar tidak lagi cukup untuk memicu kelahiran bintang baru.
Artinya, galaksi korban akan kehilangan kemampuan alaminya untuk melahirkan bintang. Fenomena ini sebuah perubahan drastis yang menandai transisi dari galaksi aktif menjadi pasif.
Di sisi lain, galaksi yang menjadi rumah bagi quasar justru mengalami lonjakan suplai gas ke pusatnya akibat tabrakan. Gas-gas ini mengalir ke arah lubang hitam supermasif, memberi “bahan bakar” tambahan bagi quasar untuk terus memancarkan energinya yang dahsyat.
Fenomena ini menunjukkan bagaimana tabrakan galaksi bukan hanya menyebabkan kerusakan, tetapi juga dapat memicu aktivitas inti galaksi yang lebih intensif. Fenomena seperti ini memang jauh lebih umum terjadi pada era awal alam semesta, ketika galaksi masih sering bertumbukan dan quasar lebih lazim ditemukan.
Kini, peristiwa seperti ini menjadi semakin jarang terjadi. Para ilmuwan harus menengok jauh ke masa lalu melalui cahaya yang telah menempuh perjalanan lebih dari 11 miliar tahun sebelum akhirnya mencapai bumi.
Temuan ini membuka wawasan baru tentang bagaimana galaksi berevolusi dan bagaimana lubang hitam supermasif dapat memainkan peran kunci dalam membentuk atau justru menghentikan kehidupan bintang-bintang.
(Tifani)