:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4640846/original/074319100_1699441184-NYPICHPDPICT000071790864.jpg)
Liputan6.com, Jakarta – Teleskop luar angkasa milik NASA, James Webb Space Telescope (JWST), berhasil mendeteksi air di sekitar bintang muda HD 181327. Sejak lama, para ilmuwan meyakini bahwa es tersebar luas di tata surya kita, baik dalam bentuk komet, asteroid, maupun di kutub planet-planet.
Penemuan baru ini memperkuat gagasan bahwa air mungkin merupakan elemen umum dalam proses pembentukan planet. Melansir laman SciTechDaily pada Kamis (29/05/2025), teleskop James Webb berhasil mendeteksi es air kristalin, bentuk padat dari H2O.
Es tersebut terdeteksi dalam cincin debu yang mengelilingi bintang muda HD 181327, berjarak 155 tahun cahaya dari bumi. Para peneliti menggunakan instrumen canggih bernama Near-Infrared Spectrograph (NIRSpec) yang memungkinkan pendeteksian spektrum cahaya dari molekul-molekul tertentu, termasuk air dalam bentuk es.
Sebelumnya, HD 181327 telah memberikan petunjuk keberadaan es sejak 2008 melalui pengamatan teleskop Spitzer. Namun, baru dengan kemampuan resolusi tinggi milik James Webb, para ilmuwan dapat mengonfirmasi keberadaan es secara pasti dan memetakan distribusinya.
Cincin es yang ditemukan di sekitar bintang muda ini memiliki kemiripan dengan struktur Sabuk Kuiper di tata surya kita, atau bahkan cincin Saturnus. Namun, yang membuatnya istimewa adalah fakta bahwa es tidak hadir dalam bentuk murni, melainkan tercampur dengan debu halus membentuk partikel kecil yang disebut “bola salju kotor” (dirty snowballs).
Es pada bintang tersebut mirip dengan komposisi inti komet yang ada di tata surya kita. Penemuan ini memberikan wawasan penting tentang bagaimana sistem planet terbentuk dan bagaimana air, unsur vital bagi kehidupan, dapat berpindah ke planet-planet berbatu seperti bumi.
Menjadi Batuan
Es dan debu dalam piringan sisa pembentukan bintang ini dapat bergabung menjadi batuan, lalu planetesimal, dan akhirnya membentuk planet. Dalam pengamatan JWST, terlihat adanya celah besar antara bintang dan cincin debunya, mirip dengan struktur Sabuk Kuiper.
Hal ini menunjukkan kemungkinan adanya planet yang telah terbentuk dan membersihkan jalurnya dari debu dan es. Distribusi es yang terdeteksi pun tidak merata.
Konsentrasi tertinggi, lebih dari 20 persen, berada di area paling luar dari cincin, di mana suhu sangat rendah memungkinkan es tetap stabil. Di area tengah, kandungan es menurun menjadi sekitar 8 persen, dan di dekat bintang, es hampir tidak terdeteksi.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh radiasi ultraviolet dari bintang yang cukup kuat untuk menguapkan es, atau karena es terperangkap dalam objek besar yang tak terjangkau oleh instrumen teleskop. Bukti nyata adanya es air dalam sistem bintang muda ini membuka peluang besar untuk memahami proses pembentukan planet dan distribusi air di seluruh galaksi.
Jika es air dapat ditemukan secara luas di sekitar bintang lain, maka kemungkinan besar, kondisi serupa Bumi bisa terbentuk di banyak tempat lain di alam semesta.
(Tifani)