:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2952941/original/029235700_1572346124-uranus.jpg)
Liputan6.com, Jakarta – Para ilmuwan memperbarui hitungan berapa lama satu hari di Uranus. Menurut hasil dari penelitian terbaru, satu hari di Uranus ternyata sekitar setengah menit lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.
Hal ini merupakan sebuah temuan penting yang dapat berdampak pada pemahaman kita tentang dinamika rotasi planet es raksasa ini. Melansir laman Live Science pada Jumat (11/04/2025), data terbaru ini diperoleh dari analisis pengamatan selama lebih dari satu dekade.
Teleskop Luar Angkasa Hubble, yang secara rutin mengamati objek-objek di tata surya dan alam semesta, digunakan untuk memantau aurora di kutub magnetik Uranus. Hasilnya menunjukkan bahwa satu hari di Uranus berlangsung selama 17 jam, 14 menit, dan 52 detik.
Perhitungan terbaru ini menghasilkan data bahwa Uranus berputar 28 detik lebih lama dari estimasi sebelumnya yang dibuat oleh wahana antariksa Voyager 2 pada 1986. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Astronomy dalam artikel bertajuk “A new rotation period and longitude system for Uranus”, yang dirilis pada 7 April 2025.
Penelitian ini memberikan fondasi baru dalam sistem koordinat Uranus, yang selama ini mengalami ketidakakuratan akibat ketidakpastian dalam pengukuran rotasi planet. Voyager 2, yang merupakan satu-satunya wahana antariksa yang pernah mengunjungi Uranus secara langsung.
Pada 1986, wahana antariksa ini memperkirakan durasi rotasi Uranus berdasarkan pengamatan sinyal radio dari aurora dan data medan magnet yang dikumpulkannya. Saat itu, satu hari di Uranus diperkirakan berlangsung 17 jam, 14 menit, dan 24 detik.
Namun, pengukuran tersebut memiliki margin kesalahan sebesar 36 detik. Dalam jangka waktu panjang, margin ini cukup besar untuk menyebabkan ketidakakuratan dalam menentukan posisi sumbu rotasi dan lokasi kutub magnetik planet.
Untuk mengatasi masalah ini, para ilmuwan dalam studi terbaru melacak pergerakan aurora di kutub magnet Uranus dari enam set pengamatan Hubble yang dilakukan antara 2011 hingga 2022. Aurora di Uranus, seperti di Bumi, merupakan hasil dari interaksi antara medan magnet planet dan partikel bermuatan dari angin matahari.
Karena aurora mengikuti medan magnet planet, mereka dapat dijadikan penanda rotasi planet. Dengan menggabungkan data ini, para ilmuwan berhasil menghitung kembali periode rotasi Uranus dengan tingkat presisi yang sangat tinggi, ketidakpastian hanya kurang dari 0,04 detik.
Hal ini merupakan peningkatan besar dibandingkan estimasi Voyager, dan akan memungkinkan sistem koordinat planet Uranus bertahan lebih lama dengan akurasi tinggi. Penentuan durasi rotasi sebuah planet bukan sekadar informasi angka semata, melainkan penting untuk banyak aspek ilmiah dan teknis, mulai dari pemetaan permukaan, penempatan instrumen, hingga navigasi wahana antariksa di masa depan.
Dengan sistem koordinat yang lebih stabil dan akurat, misi eksplorasi mendatang ke Uranus dapat direncanakan dengan lebih baik. Salah satu misi yang saat ini sedang dalam tahap perencanaan adalah Uranus Orbiter and Probe, yang diusulkan oleh NASA sebagai bagian dari rekomendasi “Decadal Survey 2023–2032”.
Misi ini bertujuan untuk mempelajari atmosfer, struktur internal, serta medan magnet Uranus secara lebih rinci, dan kemungkinan akan diluncurkan pada akhir 2030-an. Selain untuk keperluan navigasi dan pemetaan, memahami periode rotasi Uranus juga penting untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang lebih luas tentang bagaimana planet-planet raksasa terbentuk dan berevolusi.
Uranus merupakan planet unik karena sumbu rotasinya hampir tegak lurus terhadap bidang orbitnya, miring sekitar 98 derajat, sehingga tampak berputar “tidur” dibanding planet lain.
(Tifani)